Translate

Popular Posts

Powered by Blogger.

Wednesday, January 25, 2012

Program Konservasi dan Restorasi Naskah Aceh


Pusat Kajian Pendidikan Masyarakat (PKPM) Aceh, melakukan program konservasi dan restorasi naskah kuno Aceh. Kegiatan ini dikhususkan di  dua tempat yaitu  di Zawiyah Teungku Syiek  Tanoh Abee Seulimuem dan manuskrip koleksi pribadi Tarmizi Abdul Hamid di Banda Aceh.

Direktur Pusat Kajian Pendidikan Masyarakat (PKPM) Aceh Mujiburrahman kepada The Atjeh Post mengatakan, bencana tsunami  pada 26 Desember 2004, selain menghancurkan infrastruktur fisik, juga melumat khasanah naskah kuno atau manuskrip milik pribadi maupun pemerintah yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. "Lebih disayangkan lagi, sekarang kita tidak dapat mengetahui keberadaan warisan budaya yang hilang itu secara detail karena sebahagiannya belum didata dengan baik," ujar Mujiburrahman saat merapikan naskah kuno di pustaka pribadi kolektor naskah kuno Tarmizi Abdul Hamid, Banda Aceh, Minggu, 22 Januari 2012.

Di antara yang selamat adalah manuskrip milik Tarmizi dan  Teungku Syiek  Tanoh Abee Seulimuem.
Selain itu juga tersimpan di beberapa tempat lain seperti  Museum Negeri Aceh, Perpustakaan Ali Hasjmy, Balai Kajian Sejarah, Dayak Awee Geutah, milik pribadi kolektor H. Harun Keusyik Leumiek,  Adnan Hasyim.  Ada juga sebagian lain tersebar di beberapa dayah di Pidie, Bireuen, Aceh Utara dan wilayah Barat Aceh.

"Secara umum kondisi naskah tersebut banyak yang rusak dan perlu penanganan yang serius untuk memperbaiki dan menyelamatkannya," ujar Mujiburrahman.

Saat dikunjungi The Atjeh Post, sejumlah petugas sedang mengumpulkan lembaran-lembaran naskah kuno yang terlepas. Beberapa di antaranya hanya beberapa lembar penggalan buku yang copot dan terkoyak. "Kami harus mengumpulkan dan menyatukan kembali lembaran-lembaran naskah ini," kata Mujiburrahman.

Beberapa manuskrip itu diantaranya berupa mushaf kitab suci Al-quran, hadis, tafsir, tauhid, fikih, tasawuf, tatabahasa, sejarah, logika, zikir dan doa. Naskah-naskah itu umumnya ditulis oleh para ulama Aceh masa lalu dengan beraksara Arab-Jawi, dan juga ditulis dalam bahasa Aceh.

Mengingat pentingnya nilai manuskrip kuno itu, Mujiburrahman berharap pemerintah memberi perhatian lebih untuk menyelamatkannya. "Apabila tidak ada upaya penyelamatan dan pemeliharaan terhadap naskah-naskah tersebut maka diperkirakan sepuluh tahun ke depan banyak dari naskah itu yang akan hancur dan tidak dapat dibaca lagi, " kata Mujiburrahman.

Saat ini, kata dia, sebagian manuskrip Aceh tersimpan di luar negeri, sisanya tercecer tidak dipedulikan.  "Saat ini belum ada usaha yang sangat serius dan berkesinambungan dari pemerintah untuk menyikapi keberadaan naskah tersebut.," kata Mujiburrahman.

Tahun anggaran 2011/2012,  program konservasi dan restorasi naskah ini mendapat dukungan dana dari pihak Pemerintah Aceh, melalui dana hibah di Biro Keistimewaan Aceh.  Program ini telah berjalan sejak Juni-Desember 2011.

Mujiburrahman berharap, pemerintah tidak menghentikan program restorasi ini mengingat hasil yang telah dicapai menurutnya cukup memuaskan.

“Program ini tidak boleh berhenti sampai di sini saja, karena masih banyaknya naskah yang ada dalam masyarakat yang membutuhkan perbaikan dan penyelematan. Makanya program ini harus harus berkesinambungan untuk memperoleh sehingga apa yang sudah dikerjakan selama ini tidak menjadi sia-sia”, katanya.

Mujiburrahman juga mengapresiasi para pihak yang telah terlibat dalam program pelestarian naskah kuno ini. "Terutama kepada Pemerintah Aceh dan DPRA, khususnya Teungku Darmuda yang telah terlibat langsung dan terjun ke lapangan untuk melihat kondisi naskah kuno di sejumlah daerah."


http://atjehpost.com/read/2012/01/23/1065/39/39/Program-Konservasi-dan-Restorasi-Naskah-Aceh

No comments: